ALMANAR.PONPES.ID – Di peringatan Hari Guru Nasional, hari ini, Rabu, (25/11/2020) Pimpinan Pesantren Modern Al Manar, Tgk. Ikhram M. Amin, M.Pd mengatakan bahwa peran guru di pesantren sangatlah luas, tidak hanya sebatas menjadi guru pengasuh pelajaran di dalam ruang kelas, tapi juga menjadi orang tua kedua santri yang berperan banyak hal dalam setiap waktu dan setiap keadaan.
Kepada seluruh dewan guru dan pengurus Pesantren Modern Al Manar beliau mengingatkan bahwa menjadi guru adalah tugas yang mulia dan harus benar-benar ikhlas dalam mendidik maupun mengajar.
Selain mengajar, guru juga diminta untuk menjadi motivator untuk santri yang selalu memotivasi, menginspirasi dan memberikan suri tauladan yang baik kepada santri, karena di pesantren guru menjadi model untuk santri, terlepas posisi guru juga sebagai manusia biasa yang memiliki kekurangan, kekhilafan dan kesalahan.
Dalam konteks kehidupan pesantren, apa yang santri dengar, apa yang santri lihat, apa yang santri kerjakan adalah pendidikan untuk santri. Makanya dalam setiap kegiatan pesantren santri selalu dilibatkan dan didampingi oleh dewan guru pembimbing sebagai pengarah, yang selalu mengayomi dan membantu santri dalam mengerjakan atau menyukseskan suatu kegiatan.
Makanya, dalam setiap keadaan, guru diharapkan menjadi pelita untuk santri, yang selalu mendidik dan mengajarkan nilai-nilai pendidikan pesantren, baik itu didalam ruang kelas maupun di luar kelas.
Nasehat Untuk Santri dan Alumni
Selain itu, kepada santri dan alumni beliau juga mengingatkan kembali bahwa maksud pendirian dan eksistensi Pesantren Modern Al Manar dilatarbelakangi dengan niat yang sama antara semua pihak yang terlibat, baik itu dari pihak yayasan, pimpinan, guru, santri bahkan tukang masak sekalipun.
Semua pihak ini memiliki komitmen, niat dan tujuan yang serupa yaitu untuk mendapatkan ridha Allah, berkhidmat kepada agama, menciptakan generasi yang memiliki akhlak mulia dan kecerdasan yang seimbang antara kecerdasan spritual dan intelektual.
Maka dari itu, harapan besar dari semua pihak adalah bahwa Pesantren Modern Al- Manar mampu melahirkan santri dan alumni yang hebat. Baik itu hebat dari segi imannya, ilmu, pengalaman, hebat akhlak dan juga karakternya.
Setiap santri dididik agar menjadi alumni yang hebat, yang setidaknya memiliki 4 (Empat) hal seperti tersebut diatas, karena alumni adalah cerminan hasil didikan pesantren. Keempat komponen hebat tersebut diharapkan selalu melekat utuh pada santri dan terkhusus pada alumni Pesantren Modern Al- Manar dan tidak dipisah- pisah apalagi ditinggalkan salah satu dari 4 hal tersebut.
Oleh karenanya, pesantren tidak bangga dengan santri atau alumni yang hanya sukses di akademiknya tapi kropos pada salah satu bidang yang disebutkan sebelumnya, misalnya krisis akhlak.
Pimpinan Pesantren sangat berharap generasi umat ini harus unggul sesuai dengan keahliannya, tapi jangan lupa 4 pilar tersebut harus tertanam dalam jiwa santri dan alumni Al Manar. Berikut penjelasan lebih rinci 4 pesan nasehat pimpinan pesantren untuk santri dan alumni.
Hebat Iman
Santri dan alumni harus memiliki iman yang berkualitas karena telah mengetahui dan belajar ilmu tauhid, sehingga keyakinan harus lebih hebat dan tidak bisa ditukar dengan sesuatu apapun itu. Iman itu adalah harga mati. Contoh sederhana adalah jangan sampai gara-gara ingin dapat pekerjaan, sedangkan aturan di tempat bekerja tersebut tidak membenarkan ada pekerjanya memakai jilbab.
Namun, karena tergiur dengan gaji yang banyak, maka keimanan dan keyakinan dikorbankan tentang wajib jilbab bagi muslimah, sehingga melepas jilbab dan membuka aurat karena mengikuti sistem di tempat kerja tersebut.
Jika hal ini terjadi, maka nilai keimanan seseorang sangatlah lemah dan rendah, bahkan lebih murah dari harga ikan yang dijual di pasar. Harapannya, semoga tidak ada alumni yang memiliki kualitas iman semurah itu.
Hebat Ilmu
Ilmu yang telah dipelajari di pesantren harus diamalkan. Ilmu diamalkan bukan untuk tujuan berdebat dan cari lawan dan supaya dianggap pintar, hebat dan bermacam pujian oleh masyarakat. Sebagai manusia, harus menyadari bahwa apa yang dikerjakan sama sekali tidak membutuhkan pujian dari makhluk.
Santri dan alumni harus selalu mengingat kata dari Imam Ali r.a yaitu; “Orang yang memuji atau mengangkat kamu itu sesungguhnya dialah yang nantinya menjadi orang yang menjatuhkan kamu”.
Harapannya kepada alumni adalah paling tidak, harus mampu mengamalkan ilmu yang sudah diperoleh, namun akan lebih baik lagi jika para alumni harus mampu mengajarkan apa yang sudah didapatkan di pesantren, walaupun itu hanya sebatas alifba yang diajarkan di TPQ/TPA (Taman Pendidikan Al Qur`an).
Sesungguhnya, umat menantikan kehadiran dan peran alumni pesantren untuk mengajarkan anak -anak atau generasi umat di perdesaan maupun ditempat-tempat terpencil.
Dan momen tersebut menjadi kesempatan alumni untuk menjalin silaturahmi dengan tokoh masyarakat. Dengan demikian, maka alumni pesantren dapat menjadi pelita bagi masyarakat, akan menjadi senter dikala gelap dengan memberi cahaya penerangan melalui ilmu yang dimiliki.
Hebat Pengalaman
Kehidupan di pesantren telah mengajarkan santri dan alumni banyak pengalaman yang berharga dalam praktek kehidupan sehari-hari. Pengalaman yang sudah diperoleh ketika berjuang menuntut ilmu tersebut menjadi bekal yang sangat berharga bagi kehidupan santri dan alumni di tengah masyarakat, ketika santri dan alumni sudah kembali dan terjun di kampung masing- masing.
Tentu banyak hal dan rintangan dihadapi ketika menuntut ilmu di pesantren, namun ketika menjadi alumni, tentunya semua rintangan tersebut berhasil dilewati dengan baik. Misalnya pengalaman beribadah di pesantren yang gencar berjamaah, melaksanakan shalat tahajjud tengah malam yang dibangunkan oleh teman sejawat, walaupun terkadang cuaca sangat dingin, shalat dhuha bersama teman- teman di mesjid, kerja bersama dalam segala kegiatan di pesantren, membantu mengambil nasi dan obat kawan ketika ada yang sakit, mengambil tasrihnya dan seterusnya.
Dari beberapa contoh pengalaman diatas menunjukkan bahwa seseorang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain, saling ketergantungan dan saling mengingatkan, mencontohi dan memberi teladan.
Begitupun, ketika santri dan alumni hadir di masyarakat, harus menjadi suri tauladan dan contoh yang baik ditengah masyarakat, aktif dalam kegiatan gotong royong, baik kerja hudeep (baca ; hidup) maupun kerja mati (jika ada orang meninggal).
Oleh karena itu, jangan pernah ada di mindset alumni dan santri bahwa bekerja untuk umat karena ingin mendapatkan imbalan dan pujian semata, karena jika beranggapan demikian, maka santri maupun alumni tersebut menjadi hina atau akan dihinakan. Sebab rezeki itu adalah Allah yang atur, tugas manusia hanya menjalani kehidupan ini dengan sebaik- baiknya.
Maka ketika terjun untuk membantu masyarakat, lakukanlah dengan jiwa yang ikhlas dan tutur kata yang santun serta berbagilah pengalaman dimanapun berada dan menjalani hidup.
Hebat Akhlak dan Karakter
Diantara pilar- pilar yang telah disebutkan diatas, hebat akhlak dan karakter ini adalah pilar atau hal yang jauh lebih penting lagi untuk diperhatikan. Karena ketiga hal yang diatas memiliki tujuan akhir, yaitu untuk membentuk akhlak santri dan alumni supaya memiliki akhlak yang baik dan menjadi hamba Allah yang taat.
Selanjutnya adalah memiliki hubungan yang baik terutama hubungan dengan Allah (hablumminallah), begitupun hubungan baik dengan manusia (hablumminannas), binatang bahkan tumbuhan sekalipun (hablumminal`alam).
Hal ini selaras dengan tujuan dari penugasan Rasulullah SAW yang diutus oleh Allah untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi Muhammad SAW diutus untuk menjadi suri teladan bagi umat dengan akhlak yang terpuji dan luhur (mahmudah). Keluhuran akhlak yang dimiliki Rasullullah Saw bahkan telah diakui oleh orang non- muslim sejak berabad- abad lalu. Sesungguhnya, ketika seseorang memiliki akhlak mulia, maka hal itu akan menghadirkan kasih sayang Allah Swt dalam kehidupannya.
Memang pada kenyataannya, tidak semua perbuatan baik akan terlihat baik pula di hadapan manusia atau sebaliknya. Seperti dikala seseorang melihat bangkai ditengah jalan, maka ia rela memindahkannya tanpa harus diperintah. Walaupun itu jorok atau bau busuk, namun, harus ikhlas mengambil dan menguburkan bangkai tersebut atau minimal menggeser atau memindahkannya ke pinggir jalan.
Keikhlasan dalam melakukan sesuatu itu berawal dari hati nurani. Tetapi, akhlak seperti ini, kadang kala tidak terkenal ditengah masyarakat dan bahkan mulai hilang. Namun, satu hal yang harus diingat adalah bahwa di jidat setiap santri dan alumni tertulis nama almamater, maka ‘berjuanglah’ ditengah tengah masyarakat dengan akhlak yang baik dan mulia. “Titilah wahai anakku jalan-jalan kemuliaan dan berakhlaklah engkau dengan kebiasaan-kebiasaan yang mulia”, tutupnya.
اُسْلُكْ بُنَيَّ مَنَاهِجَ السَادَاتِ وَتَخَلَّقَنَّ بِأَشْرَفِ العَادَاتِ