ALMANAR.ID – Pesantren Modern Al Manar melalui organisasi Ummahatul Mu’allimat Al Manar (Umma) kembali menunjukkan komitmennya dalam memperkuat ukhuwah dengan mengadakan kegiatan masak bubur Asyura di dapur pesantren. Kegiatan ini berlangsung dengan penuh semangat kebersamaan, di mana bahan-bahan untuk memasak didapatkan dari patungan anggota Umma, yang kemudian dimasak dan dinikmati bersama-sama.
Masyarakat Aceh memaknai bulan Muharram dengan melakukan berbagai kegiatan yang meriah sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT. Salah satu kegiatan yang menjadi ciri khas perayaan bulan Muharram adalah memasak bubur Asyura secara bersama-sama dalam panci besar. Tradisi ini tidak hanya sekadar memasak, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan gotong royong yang kuat di antara masyarakat.
Pada hari Asyura (10 Muharram), tradisi memasak bubur Asyura dilakukan dengan cara patungan (meuripee) oleh kaum ibu-ibu. Masyarakat Aceh juga memiliki kebiasaan rutin berwakaf, bersedekah, atau mengadakan kenduri. Hal ini terlihat dari penamaan bulan-bulan dalam tarikh Aceh, di mana dari 12 bulan, 9 di antaranya identik dengan kebiasaan tersebut, seperti Bulan Muharram (Khenduri Ie Bu), Rabiul Awal (Meulot Phon), dan lainnya.
Tradisi memasak Bubur Asyura di bulan Muharram merupakan bagian penting dari budaya Aceh. Selain sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat Allah, kegiatan ini juga bertujuan untuk menjaga tali silaturahim antar sesama masyarakat gampong serta berbagi rezeki dengan bersedekah kepada sesama.
Kegiatan masak bubur Asyura oleh Ummahatul Mu’allimat Al Manar ini tidak hanya mempererat tali persaudaraan di antara anggota, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong dapat terus dilestarikan di tengah masyarakat.