Pusat Pelayanan:

Obituari : Ust. Fadhil Ahmadi, Guru Yang Tak Pernah Lelah

Wajib Baca

Syafrizal Elselatany
Syafrizal Elselatanyhttp://blogsikasel.blogspot.com
Kolom Kabag Humas Pesantren Modern Al Manar Tulisan bebas seadanya, apa yang dilihat, apa yang dirasakan, apa yang didengar di pesantren itulah yang akan menjadi materi tulisan di kolom ini. Semua isi tulisan tanggungjawab pribadi penulis.

Oleh Syafrizal Elselatany*

Ahad, 29 Agustus 2021, Negeri Satu Menara Pesantren Modern Al Manar baru saja menggelar Apel Tahunan, sebuah kegiatan besar pertanda dimulainya aktivitas santri dalam satu tahun ajaran, dalam kegiatan tersebut nilai-nilai kepesantrenan diperkenalkan kepada seluruh santri, khususnya santri baru.

Kebahagiaan atas suksesnya acara sangat jelas terpancarkan pada jiwa-jiwa santri dan dewan gurunya, hingga siang, Senin, 30 Agustus 2021 sekitar pukul 11.30 WIB, semuanya tiba-tiba berubah seketika menjadi duka lara.

Sebuah kabar duka masuk dalam grup Whatsapp forum pengurus dari Ust. Ikhram, pimpinan pesantren, yang mengabarkan bahwa Ust. Fadhil Ahmadi telah meninggal dunia. “Innalillahi wainna ilaihi rajiun.. telah meninggal dunia barusan..ust fadhil ahmadi ust kita.” Tulis Ust. Ikhram menyampaikan wartamerta dalam grup Serambi Asatidz.

Setelah membaca postingan Ust. Ikhram di grup, seketika itu saya langsung menghubungi Ust. Ikhram seakan tidak percaya postingan tersebut, menanyakan dan memastikan kembali apakah benar informasi tersebut sekaligus menanyakan apa sebab meninggal Ust. Fadhil. Ust. Ikhram langsung meng-iyakan secara singkat bahwa Ust. Fadhil sudah meninggal, dan beliau belum tahu sebab musababnya.

Setelah itu, sebahagian guru yang tidak mengajar dan yang sudah siap mengajar mulai berkumpul di depan kantor, mulai bertanya-tanya apa sebab Ust. Fadhil meninggal. Tidak menunggu lama sebahagian ustadz-ustadz langsung bergegas ke rumah duka sambil membawa pulang anak perempuan almarhum yang saat ini duduk di kelas satu Aliyah.

Berita duka kepulangan Ust. Fadhil Ahmadi sontak membuat kami (ustadz-ustadz) terkejut seakan tidak percaya, bahkan juga sahabat-sahabat beliau di IKPM Gontor Aceh, karena tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba datang kabar duka tersebut, bahkan malamnya almarhum masih sempat ikut rombongan ustadz-ustadzah takziah ke salah satu mertua guru Al Manar di Samahani, ditambah lagi pagi Minggunya Ust. Fadhil terlihat dalam keadaan sehat dan energik mengikuti kegiatan apel tahunan.

Berita lelayu tersebut ibarat petir di siang hari, seakan mengoyak hati kami paling dalam. Kami seakan tidak rela itu terjadi, walaupun pada akhirnya kami harus mengikhlaskan kepergian sang guru terbaik yang memang sudah tiba waktunya untuk kembali menghadap Illahi, Allahummaghfirlahu.

Awal Mengenal Ust. Fadhil Ahmadi

Saya pribadi mengenal Ust. Fadhil Ahmadi sudah lama, sejak masuk pesantren tahun 2004 silam, mendengar cerita dari kakak kelas dan melihat foto-foto almarhum di album pesantren.Karena saat itu, medio tahun 2004, saat saya baru-baru masuk Al Manar, Ust. Fadhil sudah jarang terlihat di Al Manar, dan setahun kemudian, pada tahun 2005 beliau sudah menjadi Guru PNS yang bertugas di MAN 2 Montasik, Aceh Besar.Dan pada tahun 2010, saat itu saya masih duduk di kelas 3 Aliyah, beliau kembali mengajar di Al Manar, Ust. Fadhil mengasuh pelajaran Mahfudzat. Meskipun Ust. Fadhil dikenal ekpert di bidang Bahasa Inggris tapi Bahasa Arab beliau juga dapat diandalkan, sangat mudah dipahami saat menjelaskan dari bait ke bait Mahfudzat. 

Saya masih ingat sekali, setiap beliau masuk kelas, beliau sering memberitahukan jam berapa beliau tidur pada malamnya, menurut beliau kadang-kadang tidur jam 2 malam atau jam 3 malam. Hal tersebut beliau katakan saat ada diantara kami ada yang mau tidur atau merasa mengantuk sedang belajar, meskipun beliau tidur telat di malam hari, tapi beliau sangat energik dalam mengajar, yang berbanding jauh dengan jam tidur kami, tidur malam dengan durasi lama, tapi masih juga mengantuk di kelas. Sebenarnya beliau ingin mengatakan kepada kami, bahwa santri tidak boleh banyak tidur, harus lebih banyak belajar dari pada tidurnya, tidur secukupnya belajar sebanyak-banyaknya.

Setelah saya tamat menjadi alumni pertengahan 2010, Ust. Fadhil tidak lagi mengajar di Al Manar, beliau kembali melanjutkan studi S-2nya di Flinders University Australia yang selesai pada tahun 2012.

Setelah itu, saat saya masih aktif kuliah di TEN atau Pendidikan Bahasa Inggris UIN Ar Raniry mulai tahun 2010, pernah beberapa kali bertemu beliau di kampus sekitar tahun 2013-2014, saya bersama teman-teman Al Manar yang lain yang juga kuliah di TEN menyapa beliau, anehnya beliau meladeni kami dengan Bahasa Arab bukan dengan Bahasa Inggris. Setiap kali berbicara dengan almarhum selalu dengan Bahasa Arab. Beliau tidak mengajar di kelas kami, tapi di kelas abang leting kami saat itu.

Hingga sekitar akhir tahun 2015, saya bersama Amsal Bunaiya, alumni perdana Al Manar juga abang leting saya di Al Manar, sekaligus kawan sebangku kuliah di TEN,  datang menghadap Ust. Fadhil di toko kecil beliau La Tansa Tour & Travel di Blang Bintang.

Kedatangan kami menghadap beliau untuk meminta “peunutoh” dari seorang guru, saat itu saya dengan Bunay, sapaan akrab Amsal Bunaiya, seperti domba yang tersesat di kampus, terombang ambing ibarat nahkoda kehilangan arah dan tujuan, belum memulai sama sekali penulisan tugas akhir, skripsi. Kami bingung harus memulai dari mana untuk menulis skripsi. Saat itu kami sudah ‘nganggur’ setahun di kampus,  yang seharusnya kami sudah harus selesai di tahun 2014.

Malam itu, kami memberanikan diri menjumpai almarhum, sebagai murid yang haus akan ilmu. Beliau memberi kami ‘kunci’ untuk menyelesaikan tugas akhir, banyak nasehat dan wejangan yang kami terima. Hingga akhirnya setelah mendapatkan ‘cas semangat’ dari almarhum, kami baru berani menghadap dosen pembimbing masing-masing, Bunay selesai tahun 2016, saya sendiri memilih off dari kampus melalui panggung wisuda di tahun 2017 bersama teman-teman tersesat lainnya.

Setelah tamat kuliah, kami tetap terus mengabdi dan mengajar di Al Manar dengan kepala sedikit tegak sebagai seorang sarjana, dan sewaktu-waktu kami bertemu Ust. Fadhil di acara buka puasa bersama dan ditempat-tempat tertentu beliau dengan sumringah tersenyum melihat kami yang sudah sarjana.

Riwayat Pendidikan Ust. Fadhil Ahmadi

Ustadz kelahiran 23 Oktober 1980 ini memulai pendidikan dasarnya di MIN Lamjampok selesai tahun 1992, kemudian melanjutkan ke tingkat menengah pertama di SMP Seneulop, setamat SMP tahun 1996, almarhum melanjutkan pendidikan ke Pondok Modern Darussalam Gontor Jawa Timur, yang selesai pada tahun 1999. Selanjutnya beliau melanjutkan Pendidikan perguruan tingginya di Tadris Bahasa Inggris (TEN) IAIN Ar Raniry saat itu, selesai pada tahun 2004.

Tahun 2007 hingga 2008 Almarhum melanjutkan pendidikan magisternya di Universitas Nottingham, Inggris. Namun qadarullah tidak selesai, namun beliau tetap mendapatkan gelar Dipl.Ling. “Innalillahi wa inna illaihi rajiun. Telah berpulang bang Fadhil. Kami memanggilnya pak Kerang (ketua Rangkang, perkumpulan mahasiswa Aceh di Inggris). Beliau ketua, saya bendahara.” Tulis Dr. Heru Fahlevi, SE., M.Sc, Kajur Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USK di halaman facebooknya.

Tidak berhenti disitu, setelah sempat mengajar kembali di Al Manar tahun 2010, seperti yang saya jelaskan sebelumnya, Ust. Fadhil kembali melanjutkan S-2nya di Universitas Flinders University, Australia Selatan. Almarhum kuliah di Fakultas Ilmu Pendidikan dan selesai pada tahun 2012 yang mendapat gelar M.Ed (Master of Education).

Dengan sederet pendidikan yang telah beliau tempuh, mengantarkan sosok Ust. Fadhil menjadi guru yang sempurna bagi kami, beliau sangat energik dalam mengajar, penuh persiapan, membuat kami sangat antusias mengikuti kelas almarhum. Selain itu, beliau juga sangat teliti dalam membimbing dewan guru di Al Manar, khususnya dalam hal penyusunan materi persiapan mengajar atau RPP. Ust. Fadhil bahkan memberikan motivasi dan metode mengajar yang menarik bagi guru-guru yang beliau bimbing.

Ust. Fadhil membimbing guru pengajar Al Manar

Ust. Fadhil Kembali ke Al Manar 

Sebelum aktif kembali mengajar pada tahun 2020 dan menjadi pengurus pada tahun 2021 di Pesantren Modern Al Manar, selain mengajar di MAN 2 Aceh Besar, tempat tugas beliau mengajar sebagai ASN, Ust. Fadhil juga mengajar di beberapa lembaga pendidikan lainnya, diantaranya ; kampus UIN Ar Raniry, Sekolah Modal Bangsa, Madrasah Ruhul Islam Anak Bangsa, Dayah Insan Qur’ani, dan KIES Kangguru, sebuah lembaga pendidikan bimbingan Bahasa Inggris untuk pemantapan bahasa, khususnya bidang TOEFL dan IELTS.

Untuk di Al Manar sendiri, terhitung awal mulai beroperasi Al Manar tahun 2001 beliau sudah aktif menjadi pengurus hingga tahun 2004, seperti yang telah saya jelaskan diatas. Setamat dari Gontor tahun 1999, almarhum terlebih dahulu mengabdikan ilmunya di Pesantren Tgk. Chiek Oemar Diyan, yang kemudian Ust. Fakhruddin, pimpinan Oemar Diyan, mengajak almarhum untuk mengelola Al Manar bersama alumni Gontor lainnya, termasuk Ust. Ikhram sendiri, yang awalnya mengabdi di Oemar Diyan dan kemudian melanjutkan pengabdian di Al Manar yang saat itu masih membutuhkan tenaga pengurus di awal-awal berjalannya pendidikan.

Setelah tahun 2010 sempat mengajar di Al Manar yang kemudian beliau melanjutkan S-2nya di Australia, kemudian pada tahun 2018 Ust. Fadhil menyekolahkan putri sulung beliau ke Al Manar, saat itu hingga tahun 2019 beliau sudah semakin sering ke Al Manar, walaupun almarhum masih bertugas di MAN 2 Montasik, Ust. Fadhil sudah mulai mengajar kelas TOEFL untuk santri kelas akhir, namun beliau belum terlalu intens di Al Manar, karena masih aktif mengajar di banyak tempat lainnya.

Pada tahun 2020, Ust. Fadhil juga dibantu oleh Ust. Ikhram mulai mengurus mutasi tugas sebagai ASN, setelah melalui proses panjang, akhirnya Ust. Fadhil ditempatkan di MTsS Al Manar.

Pada tahun 2020 Ust. Fadhil sudah semakin sering di Al Manar, beliau sudah mulai mengajar baik itu ditingkat Tsanawiyah maupun di tingkat Aliyah mengasuh pelajaran Bahasa Inggris maupun pelajaran pesantren lainnya.

Disamping itu, selain mengajar dan setelah menjadi pengurus di tahun 2021, Ust. Fadhil juga sangat perhatian terhadap kegiatan harian pesantren, beliau sangat aktif memantau kegiatan santri, membimbing para guru, bahkan hingga jam 1-2 malam almarhum masih berada di pesantren.

Beliau berkecimpung dalam setiap kegiatan secara totalitas, meskipun beliau tinggal jauh dari pesantren, namun beliau selalu berusaha hadir dalam setiap kegiatan.

Pada tahun 2021, pada pembacaan struktur pengurus tahun ajaran 2021/2022, Ust. Fadhil ditugaskan sebagai Kepala Tata Usaha Pesantren dan Koordinator Bagian Kesejahteraan Guru.

Guru Tidak Pernah Lelah

Pada tahun 2021 ini, sebagai kepala Tata Usaha, Ust. Fadhil sedang fokus menyiapkan berbagai administrasi untuk keperluan akreditasi dayah, selain itu beliau juga termasuk dalam bagian inti penanggungjawab akreditasi Madrasah Tsanawiyah Al Manar.

Dalam rapat mingguan pengurus, Ust. Fadhil juga kerap memberikan sejumlah ide dan solusi dalam menghadapi berbagai masalah yang dihadapi oleh pengurus, khususnya dalam hal penanganan masalah santri sehari-hari.

Beliau selalu berusaha menghadirkan jiwa raga beliau untuk Al Manar, beliau selalu menempatkan kepentingan umat diatas kepentingan pribadi. Hari-hari beliau lebih banyak dihabiskan di pesantren dari pada di rumah sendiri, di Cot Mentiwan.

Jikapun posisi beliau tidak sedang di pesantren, Ust. Fadhil juga sosok yang sangat responsif dalam grup whatsapp forum pengurus, beliau aktif memberikan pendapat dalam setiap permasalahan, yang terkadang beliau juga menghadirkan ice breaking dalam grup.

screenshoot beberapa komentar Ust. Fadhil dalam grup asatidz

Totalitas beliau mengabdi di Al Manar tidak mengenal kata lelah. Meskipun kami sendiri tahu fisiknya dalam keadaan lelah, tapi beliau tidak pernah mengeluh atau memperlihatkan kelelahan tersebut, beliau selalu tampil energik dan selalu tersenyum.

Dalam pandangan saya pribadi, yang mungkin ustadz-ustadz Al Manar yang lain juga memandang hal yang sama, bahwa dalam sosok Ust. Fadhil memiliki integritas yang tinggi, selalu siap dalam setiap tugas dan kegiatan, setiap ada masalah beliau selalu menghadapi dengan tenang. Dalam setiap diskusi, beliau juga menghadirkan kesejukan, ide-ide yang brilian yang kadang tidak terpikirkan oleh yang lain.

Ust. Fadhil juga sosok yang tegas, meskipun selalu tersenyum dan ramah dengan semua pengurus. Beliau menempatkan sesuatu pada tempatnya. Yang benar tetap benar, yang salah tetap beliau katakan salah. Tidak jarang beliau menegur dewan guru pengurus, namun beliau punya cara tersendiri dalam menegur, tegas dan jelas, namun tetap santun beribawa.

“Sungguh nyata jasamu wahai ust Fadhil Ahmadi untuk Pesantren Modern Al Manar , Engkau teladan untuk kami semua, Pribadimu yang tegas, berintegritas, pejuang sejati, sangat low profile, amanah, komitmen, konsisten  yang benar itu benar dan yang salah itu salah, selalu siap ketika dibutuhkan, tanpa pernah mengenal kata lelah walau kami tau dirimu lelah, tidak pernah mengeluh walau sesaat, siang malam pikiran dan ragamu kau curahkan untuk pesantren ini, hingga akhirnya Allah cukupkan perjuanganmu sampai disini dan kembali kesisiNya dengan senyum bahagia. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan katabahan dan kelak keturunanmu menjadi Waladun Shalih/Shalihah yang akan menjadi Lentera selama di alam kubur sampai dengan Surganya Allah” Tulis Ust. Apendi, Kabid. Pendidikan dan Pengajaran Pesantren Al Manar di halaman facebooknya.

Ust. Fadhil berfoto bersama anak didiknya kelas 3 Aliyah setelah apel tahunan. foto ini menjadi kenangan almarhum terakhir sebagai wali kelas dengan santri kelas 3 aliyah

Mengenang Sosok Ust. Fadhil Ahmadi

Bagi saya pribadi, Ust. Fadhil Ahmadi sosok yang memberikan suri tauladan yang baik bagi kami, sosok yang menginspirasi dan selalu memotivasi kami untuk terus bergerak untuk mengabdikan diri secara utuh untuk pesantren.

Satu hal yang membuat saya malu pada diri sendiri adalah ketika melihat Ust. Fadhil saat jam sudah menunjukkan waktu istirahat malam, jam 1 bahkan jam 2 malam, beliau masih berada di Al Manar mengontrol dan berkeliling pesantren, memantau keadaan santri dan pesantren, yang itu semua belum tentu mampu kami lakukan sebagai pengurus yang tinggal, tidur di pesantren.

Ust. Fadhil tinggal jauh dari pesantren, tapi sangat konsisten hadir dalam setiap kegiatan pesantren. Saya sendiri dan pengurus yang lain sering merasa heran dengan sikap Ust. Fadhil yang all out di Al Manar.

“Ust. Fadhil Ahmadi, beliau kawan dekat saya dalam berjuang dan juga seorang guru yang sangat berdisiplin dan berakhlak mulia, Pesantren Modern Al Manar hari ini kehilangan guru yang menjadi panutan bagi santri dan asatizah, sangat ikhlas dalam mengajar, bededikasi tinggi, sejak beliau mengabdi di Pesantren Modern Al Manar, beliau tidak pernah mengeluh bahkan tidak pernah meminta imbalan dalam berjuang,mengajari para santri, beliau menerima apa yang mampu diberikan oleh pesantren, bahkan beliau menyumbang lagi kepada anak anak yang fakir yang sangat membutuhkankan, mengorbankan waktu untuk santri tanpa perhitungan, bahkan sampai jam 12 malam belum pulang dari Al Manar, untuk mengontrol para santri belajar di malam hari serta menjelaskan pelajaran dengan sangat telaten tidak hanya itu, kadang kadang beliau sendiri kunci pintu pagar dan memastikan pagar pesantren semua udah tertutup, piket malam yang bertugas jaga pesantren dan yang ketiduran, beliau yang bangunkan, saya teman beliau yang sangat dekat, bahkan saya satu kamar dengan beliau di tahun 2001 sewaktu pertama berjuang di Al Manar di periode awal, pada periode pertama merintis Pesantren Al Manar, beliau seorang guru yang tidak pernah mengeluh dalam berjuang, Sakit dan pahit dalam berjuang beliau serahkan pada yang di Atas. Mengajari para santri satu persatu supaya bisa dalam memahami pelajaran…tak jarang beliau mengajari anak anak sampai sudah larut malam, tanpa meminta imbalan sedikitpun padahal kalau dilihat kapasitas beliau dari segi keilmuan, beliau merupakan lulusan luar negeri, alumni university of nottingham England dan Australia, dengan kemampuan bahasa inggris beliau , tetapi rasa tawadhuk beliau luar biasa, dalam mengajari para santri perlu kita teladani keikhlasan beliau, beliau orang yang tidak pernah mengeluh dalam berjuang mendidik kader kader umat, beliau berdiri tegak depan masjid disiang hari memastikan anak anak semua shalat dhuhur berjamaah di masjid, kini beliau telah tiada keikhlasan dan tawadhuk beliau yang harus kita teladani..beliau selalu katakan dalam berjuang biarlah Allah yang membalasnya dan menilainya, tidak perlu dipuji dan ingin dapat pujian dari manusia…selamat jalan teman dan sahabat sejati semoga Allah menerima segala amal shaleh antum semoga Allah memberi tempat yang paling mulia disisiNYA.. dari sahabatmu tercinta Ust. Ikhram M. Amin” Tulis Ust. Ikhram di halaman facebooknya sambil membagikan foto-foto kenangan bersama almarhum Ust. Fadhil.

Ust. Fadhil bersama Kajur. PBI FTK UIN Ar Raniry, Prof. T. Zulfikar

Selain itu, Ust. Fadhil Ahmadi juga sosok yang ramah dan suka berbagi, memiliki sikap yang rendah hati. Tidak menampakkan diri sebagai lulusan luar negeri, beliau duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan yang lain. Beliau juga tidak enggan menyapa siapa saja, baik itu dewan guru maupun wali santri yang datang ke pesantren. Beliau kerap menawarkan bantuan kepada yang lain, membantu sesama dan punya rasa kepedulian yang tinggi.

“Selamat jalan kawan terbaikku, Innalillahi wainna ilaihi raji’un.

Engkau sahabat yang menawarkan bantuan setiap kami ke pesantren Al Manar untuk menjenguk anak-anak. “Pu yang jeut tabantu, Bang?” Bahkan suatu kali pernah membantu mencari anak kami di antara ratusan santri.

Senyumnya senantiasa hadir setiap kami bertemu. Namun belakangan sudah jarang bertemu karena anak-anak kami sudah menyambung sekolah ke RIAB dan SMA Modal Bangsa. Hari ini dapat kabar Adinda Fadhil telah pergi untuk selama-lamanya. Semoga segala kebaikan Adinda Fadhil menjadi pemulus jalan ke surga.” Kenang Dr. Jarjani Usman, S.Ag., SS., M.Sc., M.S di halaman facebooknya disertai postingan foto alm. Ust. Fadhil Ahmadi.  

Juni 2021, saat saya pulang ke kampung halaman di Aceh Selatan, untuk mengobati ayah kandung sedang sakit, Ust. Fadhil sering menelpon saya menanyakan kabar Ayah saya, kabar anak saya, bahkan beliau juga menyarankan agar ayah saya untuk dibawa ke Banda Aceh agar saya mudah merawat ayah seorang diri.

Banyak cerita dan perhatian sosial beliau terhadap saya pribadi dan yang lain ingin saya sampaikan, namun tidak mampu saya tuangkan semua dalam berita lelayu ini.

Selanjutnya pada Juni 2020, saat Pesantren Modern Al Manar membuat kelas online untuk santri di rumah. Hari yang saya jadwalkan pengambilan video mengajar Ust. Fadhil, beliau datang tepat waktu dengan membawa peralatan mengajar, seperti spidol yang lengkap, meskipun sudah kami siapkan, tapi almarhum menggunakan spidol sendiri yang berwarna agar mudah menjelaskan pelajaran.

Selain itu, materi ajar juga sangat lengkap beliau siapkan di powerpoint. Beliau mengajar dengan semangat seakan-akan ada santri di depan beliau.

Saat ini, video in memoriam kelas online itu menjadi kenangan terindah bagi saya khususnya, bahkan yang lain untuk mengingat sosok Ust. Fadhil. Saat ini video tersebut selalu saya putar untuk mengenang sosok almarhum, yang mana saat saya edit video tersebut penuh tetesan air mata yang keluar teringat almarhum dan sangat terasa beliau masih ada di sekitar saya saat ini.

Ust. Fadhil sosok yang tegas, dan tidak segan menegur jika ada dewan guru pengurus yang berbuat kesalahan, saya sendiri pun juga pernah beliau tegur beberapa kali karena terlambat menghadiri kegiatan pesantren. Saat kuliah umum kepesantrenan, saya terlambat datang, beliau menegur saya dengan terlebih dahulu menanyakan penyebab kenapa terlambat. “Pakon teulat jal” tanya beliau “Hana i tron ie dalam bak mano meuno ust” Jawab saya. “Masak rumoh baro ka hana ie” timpa beliau sambil tertawa  khasnya. Setelah itu, beliau menanyakan ke ustadz Nurul Fahmi, yang rumahnya berpasangan dengan rumah saya tempati, apakah di rumah Ust. Nurul juga tidak ada air, yang kemudian seingat saya Ust. Fadhil melapor ke ustadz bagian pembangunan untuk memperbaiki saluran air di rumah pesantren yang saya tempati tersebut.

Rabu, 25 Agustus 2021, saat makan siang di dapur. Saat itu lauknya kuah ‘Pliek U’.  Ust. Fadhil juga ikut makan, tapi Ust. Fadhil hanya makan menggunakan telur mata sapi kesukaan beliau. Ada lima telur mata sapi yang beliau bawa ke ruang makan asatidz, dan beliau menawarkan ke ustadz yang lain sedang makan. Di sela-sela makan siang saya mengajak Ust. Fadhil agar bersedia mengisi konten video edukasi dan menjelaskan tentang falsafah dan nilai kepesantrenan menggunakan Bahasa Inggris. “Ustadz, nyo leuh apel tahunan tapeuget video edukasi tentang kepesantrenan pake Bahasa Inggreh, tapi hana loen jadwalkan le, langsung loen hubungi per individu ustadz-ustadz yang laen, takot hana jalan nyoe ta jadwalkan khusus” kata saya ke Ust. Fadhil. “’o ka beutoi nyan, jeut enteuk leuh apel tahunan tamulai” respon Ust. Fadhil sambil tertawa ringan.  Kemudian kami terus melanjutkan pembicaraan mengenai program-program yang lain, yang kami rencanakan setelah apel tahunan mulai dikerjakan. Dan ternyata kami hanya bisa merencanakan, tapi Allah lah sebaik-baiknya pembuat rencana.

Hari esoknya, Kamis, 26 Agustus 2021. Dalam rapat mingguan pengurus, Ust. Fadhil berbicara panjang lebar di hadapan seluruh dewan guru pengurus. Beliau menekankan kepada seluruh pengurus ustadz dan ustadzah agar lebih perhatian terhadap santri, menghimbau agar semua pengurus tidur pada asrama atau kamar yang telah ditentukan, agar jika ada santri yang membutuhkan pengurus asrama, selalu stand by untuk santri.

Almarhum juga mengingatkan ustadz dan ustadzah agar lebih banyak menghabiskan waktu di pesantren dari pada di luar pesantren, agar lebih extra turun melihat santri, memberikan waktu lebih untuk santri dari pada hal yang lain.

Di akhir wejangan beliau untuk dewan guru pengurus, almarhum mengajak ustadz dan ustadzah yang tidak ada kegiatan di pagi hari agar membantu beliau menyusun kamus, khususnya kamus Bahasa Inggris yang akan diperuntukkan untuk kalangan santri Al Manar sendiri.

“Bagian pengajaran tolong kasih nama-nama ustadz dan ustadzah yang tidak mengajar di pagi hari, kita susun kamus bersama saya, insyaallah kita bisa” Ajak almarhum dalam rapat tersebut.

Saya menyimpulkan bahwa, apa yang almarhum sampaikan pada hari tersebut merupakan sebuah ajakan untuk ustadz dan ustadzah agar terus bergerak, bekerja secara totalitas untuk pesantren, meningkatkan perhatian dan kepedulian yang lebih kepada santri dan pesantren.

Selanjutnya adalah almarhum mengajak ustadz dan ustadzah agar lebih produktif di pesantren, menggunakan setiap kesempatan untuk berkarya dan mencurahkan segala tenaga dan pikiran untuk perkembangan pesantren ke depannya.

Ternyata apa yang beliau sampaikan hari itu merupakan nasehat terakhir almarhum untuk dewan guru pengurus Al Manar. Akhirnya kami menyadari bahwa ini merupakan pesan yang sangat berharga dan bermakna.

Hal lain yang saya ingat dari almarhum adalah suka bersedekah. Dan almarhum sering bersedekah meniatkan untuk almarhumah ibu beliau yang juga baru meninggal dunia setahun terakhir. Saat kami mengantar bantuan korban banjir ke Aceh Utara, Ustadz Fadhil termasuk salah satu yang pergi bersama rombongan ustadz majlis yang lain. Saat itu kebetulan saya sendiri salah satu panitia penerima donasi, saat kami belanja sembako untuk korban banjir, beliau mendekati saya lalu menyerahkan uang sedekah.

di Lhoksukon, setelah mengantar bantuan sembako untuk korban banjir

Salah satu staff Tata Usaha pesantren, Ustazah Annisa juga bercerita kepada saya bahwa almarhum juga sangat sering mengisi celengan sedekah yang disediakan oleh pengurus Laziswaf Al Manar. Celengan sedekah yang dimaksud adalah sebuah upaya pengurus Lembaga Amil Zakat Infaq Sedekah dan Wakaf (Laziswaf) Al Manar untuk menghimpun dana infaq sedekah dewan guru yang ditempatkan di ruang-ruang kerja dewan guru untuk disalurkan kepada santri fakir setiap bulannya.

Ustadz dan ustadzah lain juga bersaksi bahwa Ust. Fadhil juga sangat sering meminjam ruangan untuk menunaikan shalat sunnah Dhuha, disela-sela waktu istirahat beliau mengajar atau bekerja di ruang tata usaha pesantren.

Ustadz Fadhil meninggalkan jejak yang baik untuk kami, meninggalkan semangat yang hangat untuk terus melanjutkan estafet perjuangan beliau. Meskipun jasad beliau tidak lagi bersama kami, tapi jiwa semangat almarhum akan selalu membersamai kami.

Sehari Sebelum Ust. Fadhil Berpulang

Ahad, 29 Agustus 2021, menjadi hari terakhir almarhum Ust. Fadhil di Pesantren Modern Al Manar. Malam itu, saat santri sudah selesai latihan dan kerja mempersiapkan panggung untuk apel tahunan esok hari, Ust. Fadhil keliling menyuruh santri untuk segera beristirahat, beliau juga sempat menyambangi ruang saya kerja, dan meminta santri yang sedang bersama saya sedang latihan news report untuk esok hari agar segera kembali ke asrama untuk beristirahat. Jam menunjukkan sekitar pukul 00.15 WIB saat itu. Saat beliau beranjak keluar, beliau juga meminta saya agar mengeluarkan kasur yang ada di ruangan saya kerja, kasur yang dimaksud adalah kasur bersama milik asatidz bagian unit usaha pesantren yang sering saya gunakan untuk istirahat sejenak setelah lelah editing video pesantren. “Jal, seungeoh peuteubit kaso nyo beuh, masak lam kantor kerja na kaso “ Kata beliau sambil keluar ruangan saya kerja. “Get Ustadz” saya meng-iyakan permintaan beliau.

Setelah beliau keluar dari ruangan saya kerja, saya pikir Ust. Fadhil langsung pulang ke rumah, ternyata tidak, beliau masih di kantor mencari-cari piket malam di kantor. Saat itu saya sudah keluar dari ruangan kerja dan duduk bersama ustadz-ustadz yang lain di bawah tenda di lokasi apel besok sambil menjaga sound system dan peralatan live streaming milik Glamour Pro. Kebetulan ada mie instan yang baru dimasak oleh salah satu ustadz di kantin, sambil makan mie, saya bilang ke ustadz-ustadz disitu, “ci kaloen ustad Fadhil, ka jula malam mantong hana geuwo lom u rumoh, padahai seungoh beungoh apel tahunan, peu hana hek gobnyan le” kata saya merasa heran dengan Ust. Fadhil.

Tidak lama kemudian Ust. Fadhil datang menghampiri kami yang sudah selesai makan mie, “Ust. Abdullah, ci kaloen siat so piket malam, peu hana piket malam, malamnyoe, nyoe hana ci mita aneuk mit laen siat, bek hana ureung bak kanto” pinta beliau ke Ust. Abdullah, sebagai bagian Pengasuhan Santri yang bertanggung jawab terhadap piket malam.

Almarhum tidak lama bersama kami di bawah tenda tersebut. Jam menunjukan sekitar pukul 00.30 WIB saat itu, kemudian Ust. Abdullah langsung bergerak mencari santri piket malam. Ust. Fadhil masih disitu sambil mengecek kiri kanan, sound system dan peralatan live streaming yang sudah tertutup dengan banner bekas.

Kemudian beliau bilang ke saya “ Jal ci tulong top bacut teuk alat live streaming nyo, sayang alat nyo, takot keunong hujeun atau iembon malam, rusak alat gob enteuk” saya langsung bergerak sambil mencari sesuatu agar bisa saya tutupi peralatan yang dimaksud almarhum.

Kemudian Ust. Fadhil menuju ke kantor dan saya mengikuti beliau dari belakang, dan almarhum menunjuk beberapa banner yang sudah di ring, banner perfotoan santri antar kelas yang sudah tidak digunakan lagi. “Jal, nyo na banner likeu kanto, cok laju nyan top bacut teuk ata gob nyan,” kata Ust. Fadhil sambil menunjuk ke arah banner tersebut. Saya langsung mengambil dan Ust. Fadhil langsung masuk kantor ke arah depan kantor untuk ambil motor di parkiran, dan beliau langsung pulang ke rumah. Dan saya langsung melaksanakan perintah Ust. Fadhil menutup peralatan live streaming tersebut.

bersama putri sulung almarhum di hari apel tahunan, 29 Agustus 2021

Esok paginya, Ust. Fadhil hadir tepat waktu. Beliau terlihat sangat siap mengikuti apel tahunan lengkap dengan jas hitam beliau kenakan. Pagi itu saya tidak sempat berbicara dengan Ust. Fadhil, karena saya tidak duduk di tempat dewan guru.

Ust. Fadhil juga termasuk dalam barisan majlis guru saat inspeksi barisan konsulat santri mendampingi H. Irmawan, yang bertindak sebagai inspektur upacara bersama pimpinan pesantren.

Menurut penuturan Ust. Apendi, kepala bidang pendidikan dan pengajaran, di sela-sela penampilan santri selesai upacara, Ust. Fadhil sempat meminta agar besok anak-anak diliburkan kepada Ust. Apendi, yang kebetulan duduk berdekatan.

Ust. Apendi menyangkal permintaan Ust. Fadhil tersebut, bahwa anak-anak tidak perlu diliburkan, karena malamnya anak-anak diwajibkan tidur (tidur wajib). Tapi almarhum Ust. Fadhil tetap bersikeras meminta diliburkan, beliau menawarkan opsi kedua ke Ust. Apendi, agar anak-anak masuk kelas setelah jam istirahat belajar sekitar pukul 10.40 WIB, kemudian Ust. Apendi juga masih menolak tawaran Ust. Fadhil. Lalu Ust. Fadhil menawarkan opsi ketiga “Kalau tidak anak-anak tidak masuk kelas jam 1-2 aja Pen” Kata Ust. Fadhil ke Ust. Apendi. Lagi-lagi Ust. Apendi menolaknya, sambil mencandai Ust. Fadhil “ Antum ada-ada saja permintaannya” Kata Ust. Apendi.

Saat itu Ust. Apendi seperti menangkap sinyal yang aneh pada diri Ust. Fadhil, yang sikap asli Ust. Fadhil sebenarnya tidak terlalu memanjakan santri. Ust. Apendi sebenarnya memahami maksud dari Ust. Fadhil yang merasa kasihan terhadap santri kelelahan mengikuti apel setengah hari penuh, hanya saja, karena malamnya anak-anak diwajibkan tidur setelah Isya, makanya dianggap anak-anak tidak perlu lagi diliburkan esok pagi. Biasanya, pesantren akan meliburkan santri, jika ada kegiatan di malam hari, seperti pentas seni, maka paginya anak-anak tidak masuk kelas, jika kegiatannya di pagi hari, maka malamnya anak-anak diwajibkan tidur cepat.

Namun, Ust. Apendi baru sadar akan permintaan Ust. Fadhil yang dianggap tidak seperti biasanya setelah Ust. Fadhil berpulang hari Senin, esok harinya Selasa, pesantren meliburkan santri guna melakukan doa bersama, membaca Al Qur’an untuk Almarhum Ust. Fadhil.

Cerita lain yang Ust. Apendi sampaikan adalah saat rombongan ustadz ustadzah melakukan takziyah ke salah satu rumah mertua ustadzah Al Manar di Samahani, Ust. Fadhil juga ikut rombongan tersebut berangkat sore hari menjelang magrib.

bersama putri sulung beliau saat ini duduk di kelas 1 aliayh, berfoto pada 17 Agustus 2021

Setelah selesai membaca samadiyah dan shalat magrib, rombongan ustadz ustadzah dipersilahkan untuk mencicipi hidangan yang telah disediakan oleh ahl bait, di sela-sela makan tersebut kalau saya tidak salah menurut penuturan Ust. Apendi. Disitu Ust. Apendi tiba-tiba menanyakan siapa yang bertindak khatib Jum’at minggu ini ke Ust. Rifqi Hidayatil, BKM Mesjid Al Manar. Lalu Ust. Rifqi menjawab bahwa yang menjadi khatib jum’at minggu ini adalah Ust. Amirza, alumni Al Manar. Lalu Ust. Apendi sambil menunjuk ke arah Ust. Fadhil “Ust. Fadhil kapan jadwalnya?” kata Ust. Apendi ke Ust. Rifqi. Lalu Ust. Fadhil menyanggah bahwa beliau tidak mau menjadi khatib atau imam di hari jum’at. “nanti kalau saya ada jadwal khatib dan imam, saya suruh Ust. Masrul Aidi yang naik mimbar dan imam” Kata Ust. Fadhil merespon Ust. Apendi dan Ust. Rifqi.

Dan pembicaraan masalah khatib jum’at selesai, dan respon Ust. Fadhil tadi disambut dengan tertawa ringan oleh Ust. Apendi dan Ustadz yang lain yang mendengar pembicaraan tersebut. Dan para rombongan ustadz dan ustdzah pun beranjak pulang. Dan akhirnya Ust. Apendi kembali tersadar kata-kata Ust. Fadhil yang akan meminta Ust. Masrul menjadi imam atau khatib Jum’at saat Ust. Masrul Aidi memimpin shalat jenazah Ust. Fadhil.

Lalu cerita lain juga disampaikan oleh Ust. Mulkia Andhika, yang menyopiri rombongan ustadz ustadzah ke Samahani. Menurutnya , meskipun malam itu di perjalanan pulang, Ust. Fadhil tidak terlalu banyak berbicara seperti biasanya, namun Ust. Fadhil sempat berbicara dengan ustadz yang lain mengenai cerita tentang kematian.

Dan ternyata malam itu merupakan malam terakhir, kebersamaan Ust. Fadhil bersama ustadz dan ustadzah Al Manar.

Setelah esok harinya, Senin, 29 Agustus 2021, bertempat di kediaman beliau, Ust. Fadhil menghembuskan nafas terakhirnya. Meskipun paginya pukul 07.28 WIB, Ust. Fadhill masih sempat mengirim pesan singkat melalui whatapps ke Ust. Apendi meminta izin tidak mengajar. “Pen, ana sakit” tulis Ust. Fadhil ke Ust. Apendi.

Pesan whatsapp terakhir Ust. Fadhil ke Ust. Apendi

Kini Ust. Fadhil telah pergi untuk selama-lamanya. Sedih hati ini. Begitu cepat almarhum meninggalkan kefanaan dunia. Padahal hati gersang ini masih sangat membutuhkan wejangan dan nasihat beliau sebagai penggugah semangat. Allah sangat menyayangi Ust. Fadhil. Sang Pencipta ingin agar beliau segera berada di dekat-Nya, menyebut asma-Nya setiap saat.


Selama di dunia, jasad memang telah tiada, tapi wejangannya akan selalu tertanam dan menjadi penyegar hati ini.
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah bahwa mereka itu mati; bahkan sebenarnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya”. (al-Baqarah:154).

Selamat jalan wahai guru, engkau mulia dengan segenap pengabdianmu selama di dunia.

*Anak Murid Ust. Fadhil Ahmadi saat ini menjadi tukang foto dan video di Pesantren Al Manar

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terbaru

Gelar Upacara HUT RI Ke-79, Ini Pesan Pimpinan Pesantren Al Manar untuk Guru dan Santri

Aceh Besar – Pesantren Modern Al Manar melaksanakan upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79...

Lebih Banyak Artikel Seperti Ini