ALMANAR.ID – Disiplin merupakan titik pusat dalam pendidikan. Tanpa disiplin tidak akan ada kesepakatan antara pendidik dan anak didik, dan hasil pembelajaranpun kurang maksimal. Penegakan kedisiplinan hanyalah satu cara di antara berbagai cara yang dapat digunakan dalam mewujudkan apa yang menjadi harapan dalam pendidikan.
Sehingga, pengaturan semua kegiatan belajar mengajar terutama berkaitan dengan kegiatan sehari-sehari santri sampai pelaksanaan dan pengembangannya. Dengan kata lain perwujudan kedisiplinan itu sangat tergantung bagaimana kedisiplinan itu diaplikasikan oleh seorang pendidik atau penegak disiplin.
Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap santri. Mendisiplinkan santri adalah untuk menghantarkan anak meraih kehidupan yang sehat dan bermanfaat. Dengan berpegang teguh pada aturan dan tata tertib, santri dapat memanfaatkan tenaga serta
kemampuannya.
Jadi, disiplin sangat diperlukan demi terbentuknya manusia yang
berakhlak mulia. Dan dengan disiplin pula seseorang dapat belajar
berperilaku yang dapat diterima di masyarakat. Maka, orang yang
berdisiplin akan mempunyai budi pekerti yang baik, dimana budi
pekerti itu sangat dibutuhkan dalam kehidupan sosial.
Dalam mendisiplinkan santri terdapat berbagai tujuan, salah satunya agar anak didik atau santri mau membiasakan diri untuk mengikuti
pola dan tata cara yang benar.
Namun, apa sebenarnya yang menjadi sasaran atau inti dalam penegakan disiplin?
Pimpinan Pesantren Modern Al Manar, Dr. Tgk. H. Ikhram M. Amin, M.Pd, Kamis, (8/2/2024) kembali mengingatkan dewan guru pengurus untuk meningkatkan pengawasan penerapan disiplin kepada santri.
Menurut beliau, inti dari disiplin bukan pada beratnya hukuman tapi pada ketatnya pengawasan atau kontrollingnya, dengan kata lain mencegah santri melanggar disiplin jauh lebih baik dari pada memberi hukuman setelah santri tersebut melanggar.
Kepada bagian yang menerapkan disiplin, seperti bagian pengasuhan, pengajaran dan bahasa, beliau menekankan agar sering-sering keliling mengontrol pergerakan santri, sehingga dapat meminimalisir pelanggaran santri terjadi.
“Bagian Bahasa keliling lihat anak yang sedang duduk berbicara bahasa apa digunakan, Pengasuhan lihat siapa yang buang sampah sembarangan, masuk asrama lihat siapa yang tidak pakai gembok lemarinya.” Ujarnya memberi contoh.
Kemudian beliau juga mengingatkan bahwa dalam memberi hukuman kepada santri, guru pengurus harus merujuk pada prosedur dan frekuensi pelanggaran yang telah ditetapkan bersama, tidak boleh semena-mena, dan diharapkan hukuman tersebut dapat membangun kesadaran santri untuk berdisiplin.
Disisi lain, beliau juga menjelaskan bahwa ancaman sanksi atau hukuman juga penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi santri untuk menaati dan mematuhi disiplin.
“Tanpa adanya ancaman hukuman atau sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah, namun pengawasan jauh lebih penting dari pada hukuman “. Tutupnya