Pusat Pelayanan:

Tiga Tantangan Pesantren Di Masa Depan

Wajib Baca

_MG_2109Pondok pesantren setidaknya akan dihadapkan pada tiga tantangan besar di masa yang akan datang. Ketiga tantangan tersebut adalah kelangkaan ulama, modernitas, dan masalah kebangsaan.

Hal ini disampaikan Sekjen Kemenag yang juga pelaksana tugas Dirjen Pendidikan Islam saat memberikan sambutan pada pembukaan Rapat Koordinasi Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) V di Jambi, Selasa (12/09) malam.

Menurutnya, tantangan pertama bagi pesantren di masa yang akan datang adalah semakin langkanya kyai atau ulama. “Ini hal yang peru dicermati bersama untuk dicarikan solusi. Sebab, untuk mencetak ulama, tentu tidak semudah mencetak gubernur,” kata Nur Syam disambut tawa Gubernur Jambi Hasan Basri Agus yang hadir dan membuka acara tersebut.

Mencetak kyai atau ulama, lanjut Nur Syam, tidak mudah karena harus memenuhi persyaratan lahiriah dan batiniah. Persyaratan lahiriahnya, seorang ulama harus memiliki seperangkat keilmuan agama yang komprehensif. Sedangkan persyaratan batinnya, seorang ulama harus memiliki tingkat spiritualitas yang hebat. Untuk sampai tingkatan itu, dibutuhkan proses pelatihan dan riyadlah yang luar biasa dan itu membutuhkan waktu lama.

“Ini tantangan kita yang luar biasa.  MQK ini bisa menjadi instrumen untuk mencandra ke depan bahwa dari mereka yang mempunyai pemahaman baik terhadap kitab kuning, diharapkan ketika dibina secara baik nantinya bisa menjadi kyai atau ulama,” harap Nur Syam.

MQK adalah salah satu jawaban bahwa pesantren tidak kehiangan auranya untuk terus mengkaji dan mengakrabi ilmu-ilmu yang terkandung dalam Kitab Kuning. Kalau saya tadi menyebutkan tantnangan, maka inilah salah satu jawabannya,” tambahnya.

Tantangan pesantren yang kedua adalah modernitas. Menurut Nur Syam, sebagian masayarakat masih ada yang meragukan eksistensi pesantren sebagai tempat penyemaian modernitas. Padahal salah satu doktrinnya kalangan pesantren adalah melestarikan warisan terdahulu yang baik sambil mengadopsi hal-hal kekinian yang lebih baik lagi.

“Pesantren itu modern, tidak tidak meninggalkan tradisi yang selama ini diakrabi,” terangnya.

Nur Syam berharap pesantren ke depan tidak hanya harus mempertahanknan tradisi membaca kitab kuning, tetapi juga harus mengadaptasi perubahan zaman yang luar biasa. “Yang perlu dikuatlkan ke depan, bagaimana pesantren mengembangkan kehidupan modern, tapi tidak tercerabut dari fungsi tafaqquh fid-din,” katanya.

Tantangan pesantren ketiga terkait dengan persoalan kebangsaan.  Dikatakan Nur Syam bahwa ke depan kehidupan berbangsa dan bernegara kita akan dihadapkan pada pertarungan ideologis yang sangat luar biasa.

“Pesantren harus menjadi garda terdepan dalam menguatkan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika,” tegas Nur Syam.

Sumber : kemenag.go.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terbaru

Santri Al Manar Raih Prestasi di Silat PERSIMU CUP 2024, Sabet 1 Emas, 2 Perak, dan 2 Perunggu

ALMANAR.ID – Atlet pencak silat santri dari Pesantren Modern Al Manar kembali mengukir prestasi di ajang PERSIMU CUP ke-16 yang...

Lebih Banyak Artikel Seperti Ini