ALMANAR.PONPES.ID – Dalam rangka menyambut santri baru pada tahun 2021, Pesantren Modern Al Manar terus memacu derap pembangunan berbagai fasilitas pesantren, salah satunya pembangunan asrama santri putra sebanyak dua lantai yang sudah mulai masuk tahap pengecoran lantai dua. Rabu (18/11/2020), para pekerja mulai melakukan pengecoran lantai dua asrama tersebut.
Puluhan pekerja dikerahkan untuk pengecoran lantai dua asrama putra yang dijadwalkan rampung pada pertengahan tahun 2021 tersebut. Letak asrama yang berjumlah 8 ruang ini berdekatan langsung dengan ruang kelas santri, dan kemungkinan besar untuk ruang lantai satu akan dijadikan ruang belajar dan lantai dua akan dijadikan sebagai asrama.
Adapun dana pembangunan asrama tersebut bersumber dari dana pembangunan pesantren yang sudah dialokasikan setiap tahunnya, dan sebahagiannya bersumber dari unit usaha pesantren, seperti kantin dan swalayan.
Tidak Menerima Bantuan dari Pemerintah Aceh
Pada tahun ini Pesantren Modern Al Manar tidak menerima bantuan type dayah dari pihak pemerintah Aceh yang bersumber dari APBA atau dari Dinas Pendidikan Dayah Aceh. Pasalnya, pada tahun ini sekitar 40%, atau sebanyak Rp205 miliar anggaran di Dinas Pendidikan Dayah Aceh untuk pembangunan pesantren di Aceh dialihkan untuk anggaran penanganan dan pencegahan covid-19 di Aceh.
Meskipun demikian, Pesantren Modern Al Manar juga menerima dana bantuan dari pemerintah pusat, yaitu Bantuan Operasional Pesantren (BOP) yang disalurkan oleh Kementerian Agama RI, hanya saja dana tersebut tidak boleh diperuntukkan untuk pembangunan pesantren, melainkan untuk pengadaan barang yang berkenaan dengan penanganan covid-19.
Kemandirian Pesantren
Pimpinan Pesantren, Tgk. Ikhram M. Amin, M.Pd mengatakan bahwa pesantren pada hakikatnya tidak selalu harus bergantungan kepada pemerintah, namun harus selalu mengedepankan kemandirian pesantren itu sendiri yang bersumber dari perekonomian unit usaha pesantren.
Karena menurut beliau, usaha mandiri yang dijalankan pesantren sejatinya membawa dampak positif bagi pesantren, menjadi sumber penghasilan bagi pengembangan pesantren dan lebih leluasa mengembangkan diri, tanpa takut ‘mandeg’ di tengan perjalanan jika kekurangan atau kehilangan sumber pendanaan dari pemerintah atau masyarakat seperti saat covid-19 ini. Karena disadari atau tidak masalah finansial adalah hal yang sering mengancam keberadaan pesantren.
Namun, beliau menambahkan, hanya saja untuk Aceh sendiri karena ada kekhususan dana OTSUS dari pemerintah pusat, pemerintah Aceh selalu mengalokasikan dana untuk pembangunan sarana dan prasarana pesantren setiap tahunnya yang besar dananya ditentukan berdasarkan type dayah yang telah di akreditasi oleh Dinas Pendidikan Dayah Aceh. Makanya, pesantren di Aceh saat ini masih sangat terbantu dengan adanya anggaran OTSUS tersebut, maka setelah OTSUS Aceh berakhir, disaat itulah eksistensi pesantren dipertaruhkan dengan segala kekuatan dan kelemahan finansialnya.
Dan selanjutnya poin penting yang beliau tekankan bahwa pihak pesantren harus yakin kepada Allah dengan seyakin-yakinnya dalam mengelola pesantren, jika kita membantu agama Allah maka Allah akan bantu kita, harus ikhlas mendidik santri, karena Allah akan mendatangkan pertolongan dan rezeki dari hal yang tak terduga.
“Dalam mengelola pendidikan pesantren, kita harus yakin kepada Allah, seyakin-yakinnya, itulah iman namanya, in tanshuruu allaaha yanshurkum wayutsabbit aqdaamakum, Jika kita menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolong kita dan meneguhkan kedudukan kita dengan mendatangkan rezeki dari hal tak terduga” tutupnya.