Oleh: Juariah Anzib, S.Ag, Wali Santri dari Muammar Asyraf Pesantren Modern Al Manar
ALMANAR.PONPES.ID – Pesantren Modern Al-Manar adalah pesantren yang dirintis oleh pengusaha tahun 70-an, Alm. H Azhar Manyak, yang lebih dikenal dengan Abu Manyak (berpulang ke rahmatullah tahun 2016). Dulu, Almarhum tokoh terkenal di wilayah Ulee Kareng, disegani masyarakat sekitar karena sikapnya yang tegas. Namun dibalik sikapnya itu, ternyata memiliki sifat kedermawanan dan rasa kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan tempat tinggal dan pendidikan anak umat.
Awalnya Abu Manyak merencanakan panti asuhan di lokasi tanah milik pemerintah di Gampong Lampermai, Cot Irie, Ulee Kareng. Namun, setelah bermusyawarah dengan beberapa tokoh penting, mereka menyarankan agar didirikan pasantren. Apalagi lembaga pendidikan yang berbentuk pasantren terpadu saat itu masih langka. Ide cemerlang tersebut diikutinya, maka pada tahun 1999 dengan segenap kemampuannya, Abu Manyak dibantu beberapa tokoh pendidikan mewujudkan niat mulianya dan Pasantren Modern Al-Manar pun beroperasi tahun 2001.
Pasantren Modern Al-Manar berdiri di atas tanah seluas 4,2 hektar. Pembangunan awal pesantren dilakukan oleh wakif tunggal Abu Manyak sendiri. Di samping itu ia juga membangun masjid tempat santri beribadah. Ketika pesantren baru dibuka, mereka harus bekerja keras mencari calon santri di sekitar lokasi pesantren. Lambat laun pasantren pun berkembang dan memiliki santri yang semakin ramai.
Bangunan yang didirikan oleh Abu Manyak, baik berupa gedung tempat belajar maupun masjid, diwakafkan kepada umat. Dia tidak mengambil keuntungan atau berbisnis dengan mendirikan pesantren tersebut. Pesantren diserahkan kepada umat sebagai milik agama, yang pada awal pendiriannya dikelola oleh para alumni Pesantren Gontor.
Syukur alhamdulillah, alumni Al-Manar sendiri ikut berkhimad membantu pengembangan pesantren, apalagi saat ini, sebagian alumni Al-Manar telah menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di dalam dan luar negeri. Mereka ikut mewakafkan ilmu dan tenaga untuk kepentingan dan kemajuan pesantren.
Menurut Ketua Lembaga Amil Zakat Infak Shadàkah dan Wakaf Al-Manar (LAZISWAF), Ustaz Awaluddi, M.Pd, ketika gempa dan tsunami melanda Aceh tahun 2004, banyak bangunan yang porak poranda, termasuk Masjid Al-Manar. Meskipun tidak dibawa tsunami, namun bangunan banyak yang roboh. Begitu juga dengan bangunan Masjid Al-Manar yang tidak utuh lagi, akhirnya harus dirobohkan.
Untuk itu, pengurus pesantren kembali pembangunan masjid tersebut dengan donatur utamanya H Ibrahim Abdul Wahab, saudara kandung Abu Manyak. Berkat usaha dan kerja keras, masjid dapat dibangun kembali yang diberi nama Masjid Haji Abdul Wahab yang dinisbahkan dengan nama ayah kandung beliau. Kini masjid tersebut telah diwakafkan kepada pesantren Al Manar.
Keberadaan pasantren di tengah-tengah masyarakat, membuat lembaga pendidikan Islam ini semakin diminati banyak orang. Santrinya yang semakin ramai membuat masjid tersebut terkesan sempit. Karena itu, di bawah pimpinan Ustaz Ikhram M Amin SS MPd, masjid diperluas dan direnovasi kembali. Bentuk bangunannya diubah dengan arsitektur Islam lebih indah dan menarik. Renovasi besar-besaran ini membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pengurus pesantren membuka peluang kepada para dermawan, wali santri dan masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam penggalangan dana wakaf.
Berbagai sumber donasi dibidik untuk membantu meringankan pembangunan rumah Allah itu. Berkat wakaf dan donasi lainnya dari wali santri, muhsinin dan sumber dana lainnya, kini pembangunan masjid hampir rampung.
Menurut Ust. Awaluddin M Pd, masjid yang telah rampung sekitar 70% ini menampung jamaah 2.000 orang, menghabiskan biaya sekitar Rp 4.5 milyar lebih. Untuk mencapai kesempurnaan seperti kubah dan lainya membutuhkan uluran tangan wakif dan infak donatur. “Bagi para calon wakif dan donatur masih ada kesempatan berwakaf demi kelancaran pembanguan masjid 30% lagi,” katanya.
Lokasi tanah pertapakan Asrama Putri Al-Manar merupakan tanah wakaf. Tanah yang berukuran lebih kurang satu hektar tersebut diwakafkan oleh Abu Manyak dan anaknya Rita Zahara (keluarga Abu Manyak). Sedangkan bangunan asrama yang berlantai tiga di atas tanah tersebut dibangun dengan dana pesantren. Di samping itu juga ada dana yang terkumpul dari berbagai wakif dan donatur itu dikelola secara profesional.
Bangunan Asrama Putri yang pada awalnya dibangun oleh Dinas Pendidikan Dayah Aceh, ditambah dengan dana dari masyarakat Jepang, dana yayasan, dan donasi para wali santri. Demikian juga dengan bangunan dapur yang sekarang semakin megah dan luas. Bangunan berlantai tiga tersebut dibangun dengan menggunakan dana wakaf H Ibrahim A Wahab. Dengan kondisi dapur sekarang, santri merasa semakin nyaman, memiliki tempat duduk yang lebih luas, bersih, dan indah.
Menurut Ust. Awaluddin, pihaknya akan memperluas asrama putri. Untuk ini perlu dilakukan pembebasan tanah yang lokasinya di samping asrama putri. Pengurus yayasan telah melakukan konfirmasi pada pemilik tanah tentang rencana tersebut. Mereka setuju tanahnya dibeli oleh pasantren demi lancarnya pendidikan anak bangsa. “Untuk ini, pengurus pesantren kembali pembuka jalan menuju surga dengan menggalang dana wakaf untuk pembebasan tanah tersebut,” katanya.
“Kami mengajak para walisantri, muhsinin dan masyarakat yang memiliki kemampuan harta, dapat berwakaf untuk pembebasan tanah seluas 1.410 m2 tersebut, yang letaknya bersebelahan dengan Asrama Putri sesuai kemampuan masing-masing. Harga tanah satu meter Rp 900 ribu. Rencana ke depan kita peruntukkan sebagai kelas untuk santriwati, yang selama ini keterbatasan kelas, akibatnya sekarang kelas santriwati masih berada di area komplek putra,” pungkas Ust. Awaluddin.*
Tulisan ini sudah pernah ditayangkan di https://www.wakafnews.com/2021/11/wakaf-h-azhar-manyak-wujudkan-pesantren.html?m=1