AlManarNews.ID | Meskipun selama ini di Aceh selalu dalam keadaan hujan sejak akhir bulan yang lalu, Alhamdulillah pelaksanaan Ujian Syafahi yang dimulai pada Sabtu, (2/12/2017) yang lalu berjalan lancar. Meskipun di pagi hari tersebut hujan membasahi bumi Al Manar, namun semangat santri dan penguji tidak surut untuk mensukseskan ujian tersebut.
Sekitar jam 7 pagi tampak sebahagian para santri sudah mulai menuju ke tempat ruangan masing-masing, walaupun ujiannya dimulai pada pukul 08.00 WIB. Tak terkecuali para penguji dan panitia ujian yang terlihat sangat sigap pagi-pagi ada yang menembus hujan, ada yang menggunakan payung dan sebagainya.
Ujian Syafahi (Lisan) merupakan salah satu rangkaian ujian yang harus dilewati oleh para santri sebelum mengikuti Ujian Tahriri (Tulis) yang akan dilaksanakan minggu depan. Di ujian ini para ustadz/ah akan menilai sejauh mana kempuan santri dalam menguasai pelajaran selama satu semester, dan juga untuk melatih mentalitas santri.
Baca Juga : Ujian Syafahi, Menguji Mental dan Kemampuan Santri
Dalam ujian ini, para santri akan diuji beberapa materi, meliputi, Bahasa Arab, yang terdiri dari berbagai pelajaran yang berkaitan dengan Bahasa Arab, diantaranya, Nahwu, Sharaf, Balaghah (Bagi Aliyah), Muthalaah, Mahfudzat, Mufradat, Muhadatsah dan lain sebagainya. Selanjutnya, Bahasa Ingrris yang meliputi, Conversation, Dictation, Reading, Listening, Grammar, dan yang terakhir Fiqh, yang mencakupi Praktek Ubudiyah Yaumiyah, Hafalan do’a sehari-hari, Hafalan Qur’an/Juz ‘Amma, dan lain sebagainya.
Para santri diuji satu persatu dipanggil ke dalam ruangan oleh penguji, dan mereka akan ditanyakan dalam Bahasa Arab dan Inggris menurut materi masing-masing. Di ujian ini, santri yang tidak belajar dengan yang belajar akan terlihat jelas dari bisa atau tidak bisanya mereka menjawab sejumlah pertanyaan dari penguji.
Soal yang ajukan oleh penguji pun bervariasi, mulai dari tingkat yang paling mudah hingga yang susah, yang sudah dipelajari selama satu semester. Para penguji akan menyesuaikan pertanyaan menurut kemampuan santri, karena tidak semua santri memiliki kemampuan yang sama, bahkan ada yang tidak bisa menjawab sama sekali karena lupa atau tidak serius belajar.
Diakhir sesi pertanyaan, para ustadz/penguji akan menasehati para santri untuk meningkatkan kembali semangat belajarnya dan lebih serius dalam menghadapi ujian tulis (Tahriri). Dalam ujian ini mental santri sangat dipertaruhkan dalam menghadapi para pengujinya yang berbeda-beda karakter.
Untuk penguji, sebelumnya mereka sudah ditatar oleh Pimpinan Pesantren dan Bagian Pengajaran terlebih dahulu. Dan para penguji juga dibebankan untuk membuat I’dad (persiapan menguji) yang kemudian di tashih oleh guru supervisor masing-masing, agar pertanyaan yang ditanyakan ke santri nantinya jelas dan terukur.